Pages

Tuesday 3 January 2017

Hijab.

BAGAIMANAKAH KERJA TAREKAT TASAWUF AHLUS SHUFI ?

Dalam ilmu dan amal syariat zahir itu dikerjakan oleh tubuh kasar kita atau anggota zahir. Maka Tarekat Tasawuf Ahlus Shufi ini dikerjakan oleh tubuh halus ( Jismullatief ) disebut juga Qalbu atau Fuad dan disebut juga hati Rohani dan hati Nurani sesudah meninggalkan sifat-sifat jahat yang ada dalam hati Shanubari dan inilah dirimu yang bathin itu. Kepadanyalah diajarkan ilmu Tarekat Tasawuf Ahlus Shufi itu, ilmu tahqiq dan tasawuf supaya sejalan zahir dengan yang bathin.

Apabila Jasmanimu dan Rohanimu telah sekata, sejalan dalam bergerak dan berbuat sesuatu. Insya-Allah ia akan Taraqqi ( naik ) ke maqam yang di atasnya disebut alam Nur. Maka akan merasalah ia akan hal-hal yang belum dirasakannya selama ini. Itulah ia yang dikatakan Majzub.

" Satu kurnia daripada Tuhan Yang Haq tidak dapat menyamai amal jin dan manusia "

Itu sebabnya orang Tarekat Tasawuf Ahlus Shufi hanya mengenal Allah dengan zuq musyahadah dengan rasa yang dirasakan oleh Allah sesudah fana. Kemudian apabila ia Taraqqi lagi ke maqam yang di atasnya ia Fana dalam Shifat Allah kemudian Baqa dengan Dzat Allah.

Barangsiapa yang sampai ke maqam ini akan tahulah dia apakah ia ? Akhirnya akan terlanjurlah kata-kata daripada mulutnya seperti apa yang pernah dikatakan oleh Sulthan Arifin Billah Syekh Abu Yazid Al Busthami Q.S katanya :

" Aku sangkakan ingat aku kepada Engkau tadi adalah ingat aku kepada Engkau Ya Allah. Sekarang barulah aku tahu, bahawa ingat aku kepada Engkau adalah ingat Engkau kepada Engkau "

Sulthan Arifin Billah Syekh Abu Yazid Al Busthami Q.S juga pernah berkata :

" Ya Allah ! Bagaimana aku hendak mendekatkan diriku kepada-Mu ?

Allah S.W.T menjawab :

" Ya Abu Yazid ! Keluarlah engkau dari dirimu "

Bagaimana cara keluar di sini tanyalah kepada ahlinya iaitu ahlus shufi.

Seperti Sabda Rasulullah S.A.W :

" Aku kenal Tuhanku dengan Tuhanku, bukan dengan diriku, bukan dengan ilmuku, bukan dengan akalku, bukan dengan rajinku, bukan dengan pandaiku, bukan dengan sungguhku, bukan dengan taatku, bukan dengan yaqinku, bukan dengan usaha ikhtiarku, bukan sekali-kali bukan, hanya semata-mata kurnia-Nya kepadaku "

Dan begitu juga Dzun Nuun Al-Mishri R.A pernah pula berkata :

" Hijab yang paling tebal antara kamu dengan Tuhanmu adalah dirimu ( nafsumu ) "

Dzun Nuun Al-Mishri R.A